Taman Kucing Bandung
Jam 4 pagi, ketika kota bandung masih tertidur, cuaca agak menyeruak dingin di sela pintu, teringat seekor kucing putih yang menjadi kawan dalam setiap malam, melihatnya tidur, meringkuk nyenyak dalam ruang bekas lemari di meja komputer berwarna kuning biasa tersebut.
kecintaan Ikan kecil pada kucing memang sebuah anugerah, setiap kucing di dunia ini memiliki pesonanya sendiri, mampu meluluhkan hati bahkan merenggut selembar limapuluh ribuah terakhir di saku celanaku hanya untuk membelikannya makanan yang mungkin dapat beberapa hari kedepan menghangatkannya di malam-malam kota bandung yang dingin ini.
tersirat sebuah ide untuk membuatkannya Taman, ya sebuah taman seperti yang sedang trending di kota wisata ini, banyak sekali taman tematik yang menarik untuk dikunjungi, sebut saja taman superhero, taman jomblo, taman film hingga pet park yang tiap kali sore dipenuhi oleh kibasan ekor anjing-anjing ramah nan jinak bersama pemiliknya disana, namun taman pet ini tampaknya tidak ideal bagi seekor kucing…banyak sekali anjing yang ramah itu nampak belum terbiasa melihat seekor kucing..:(
Namun setelah mengelilingi semua taman di bandung, ada rasa kecewa sedikit karena tidak dapat menemukan sebuah taman yang ideal untuk mengajak bermain si kucing putih kecil yang aku miliki, meski saat ditemukan ia nyaris hancur dengan bulu yang botak sana-sini akibat serangan masif scabies dan jamur…ia tetap seekor kucing yang senang bermain, mengajak aku tertawa disela deadline pekerjaan yang ada, dan kini perlahan semua bulunya mulai tumbuh dan menjadikannya semakin cantik.
Menurut koordinator International Cat Association, pertumbuhan pembiakan (cattery) kucing di Kota Bandung ini sangat pesat, berjumlah sekitar 33 buah. Secara nasional, jumlah cattery di Indonesia adalah 113 buah, itu artinya bandung memiliki hampir sebagian peta perkucingan di Indonesia. dan peringkatnya secara nasional, kata Endrizal, menempati posisi kedua. Sementara jumlah pecinta dan pemerhati kucing di Bandung yang bergabung menjadi anggota ICA merupakan yang terbanyak, yakni mencapai 156 orang lebih. Para pemilik kucing di Bandung juga sering meraih penghargaan, namun sayangnya belum ada lahan terbuka bagi pecinta kucing untuk saling bertemu atau sekedar berwisata dengan kucing-kucing tercinta, Taman Kucing, mungkin lebih ideal menyebutnya daripada Cat Park, yang bisa saja dianggap oleh idiom Chinta Lawra sebagai taman yg isinya kaleng-kaleng cat -_-…*jk
Meski tak sempat lagi membayangkan prosesnya, saya hanya mencoba berkomunikasi dengan sel-sel otak apa yang akan terjadi…benak saya melihat sebuah taman yg berasitektur minimalis berukuran sedang yang memiliki rumah-rumahan kayu ditengahnya yang terbuka, bersekat2, hangat namun nyaman, cukup untuk ditiduri, dipanjat, dikelilingi dan dicakar oleh para kucing untuk menajamkan kuku mereka yang mulai tumpul, dan juga segaris jalur air segar, berkelok membelah taman dan dangkal yang dapat menyediakan air minum yang segar kapan saja mereka membutuhkannya..terutama setelah mereka sibuk menjilati bulu-bulu mereka, kupikir mereka pasti akan sangat haus.
Membayangkan rimbunnya tanaman perdu, dan pepohonan yang bertajuk rendah sebagai medium bermain dan bersembunyi para kucing disana, meski harus dikelilingi pagar tipis dan tinggi agar tidak terganggu oleh aspek2 dari luar taman yang seringkali tidak bersahabat bagi mereka dan juga jadi lokasi pembuangan kucing -_- *knp juga mereka harus dibuang* 🙁 🙁
Selain melakukan sterilisasi bagi kucing-kucing didalamnya untuk membuat mereka tetap dalam keseimbangan populasinya, sebuah hal yang diperlukan untuk sebuah taman dan juga standar para penghuni taman ini nantinya agar tidak lagi kita melihat anak-anak kucing kecil yang kurang beruntung berserakan di jalanan tak tentu arah dengan mata yang masih bulat dan suara kecil namun parau akibat kehausan beberapa hari tidak mendapat susu dari induknya yang telah keburu tewas di tepi trotoar. 🙁
Di setiap sudut taman tentu saja akan ada ‘kamar kecil’ bagi para kucing untuk membuang hajatnya, yang sebenarnya adalah tempat ritual kucing yang harus selalu dijaga kebersihannya, terpapar sinar matahari penuh agar selalu kering dan tidak menjadi sumber mala-penyakit bagi penghuni dan warga yang mampir kesana. Ada juga pojok-pojok dispenser dry food bagi sang kucing untuk mendapatkan makanannya selama 24 jam penuh, tidak lagi kelaparan dan harus mengemis diantara warung-warung tenda dan perumahan warga, dispenser makanan kering tersebut akan diisi oleh para pecinta kucing dan juga ratusan petshop yang mendukung keberadaan taman ini sebagai bentuk kepedulian mereka dan mungkin bisa diterapkan sebagai pajak usaha dimana setiap petshop diwajibkan menyumbangkan sebagian makanan kucingnya setiap bulan.
Tentu saja taman ini membutuhkan tangan-tangan terampil, beberapa orang relawan kebersihan yang akan selalu siap membersihkan sisa hajat kucing yang ‘tersesat di luar’ kamar kecil para kucing seperti disebut diatas, tukang kebun yang memastikan taman tetap cantik, yang gajinya juga dibantu oleh para komunitas pecinta kucing seantero bandung, dan juga seorang dokter hewan berhati mulia yang selalu siap memberikan mereka vitamin, vaksin hingga memberikan layanan medis bagi para kucing yang membutuhkannya.
lalu di kota bandung yg kita cintai ini, kita akan dapat menemukan sebuah taman yang dipenuhi kucing-kucing *yang awalnya liar, telah dikondisikan agar lebih sehat, dan mereka hidup bersahabat, jinak dan menghibur para pengunjungnya yang tentu saja juga sayang pada mereka, membawa serta kucing-kucing mereka untuk bermain, dan perlu diingat di taman ini isinya bukan hanya kucing2 yang indah, berbulu lebat dan berhidung pesek, namun juga kucing-kucing cacat dari jalanan kota bandung yang riuh, yang nyaris mereka si cacat tidak akan dapat survive jika dibiarkan terus di jalanan…semua kucing adalah sama!
ah..indah sekali jika kota ini mau memulainya…atau ada yang berminat mendiskusikannya dan menjadikannya nyata atau mungkin memiliki akses birokrasi? Ikan kecil bersedia hadir! 🙂
Foto Inset : Puput alias Anung – a Little White Stray Cat ( 7 days helped from the street).
Diskusi Para Ikan